Disorganisasi Sosial dan Anomie (Review Kelompok)
Disorganisasi Sosial dan Anomie
Ikhtisiar Historis
Studi
perkotaan dan lingkungan pada abad ke-19, khususnya di Eropa menunjukkan
korelasi antara kenakalan dan kejahatan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
yaitu kepadatan penduduk, usia, jenis kelamin, kemiskinan, dan pendidikan.
Namun menurut Morris, faktor-faktor yang paling dominan tentang penyebab
kejahatan adalah kemiskinan, ketidaktahuan, dan kepadatan penduduk. Tetapi
kemudian minat awal dalam penelitian lingkungan ini menjadi hilang selama
beberapa tahun. Setelah itu, hadir penelitian yang berbeda dari penelitian
sebelumnya yaitu penggunaan luas peta dan grafik untuk menunjukkan distribusi
kuantitatif kejahatan dan kenakalan. Penelitian ini digagaskan oleh A. M.
Guerry dan Adolphe Quetelet, penggunaan metode penelitian semacam ini disebut
“Sekolah Kartografi”. Hasil penelitian ini mendukung penjelasan lingkungan
tentang kriminalitas, tidak ada teori yang mendasari yang membimbing penafsiran
hasil ini. Seringkali temuan digunakan untuk menunjukkan kurangnya moralitas di
bagian-bagian tertentu dari kota atau wilayah suatu negara, atau di antara
anggota kategori populasi tertentu.
Akhir
abad ke-19 merupakn perkembangan teori konsep "anomie", yang digagas
oleh Emile Durkheim dan teori Marxis tentang pola perilaku berbasis kelas,
ditambah lagi dengan pekerjaan di Amerika di Clifford Shaw dan Henry McKay,
berkontribusi pada penggabungan fakta dengan teori di bidang penelitian
kenakalan ini.Dengan demikian, konstruk teoritis yang mendasari disorganisasi
sosial dan anomie sebagai penjelasan tentang kenakalan merupakan perpanjang
dari studi ekologis metodologis sebelumnya, yaitu lingkungan ekologi tentang
kriminalitas. Pada saat yang sama, penjelasan ini juga merupakan penjelasan
psikologi sosiologis dan sosial modern yang paling awal tentang kejahatan dan
kenakalan. Konsep, hipotesis, dan penelitian yang dihasilkan dari teori-teori
ini telah mempengaruhi analisis kenakalan dan kejahatan untuk sebagian besar
abad ini.
Asumsi Generik
Sebagaimana
penjelasan tentang kenakalan, disorganisasi sosial dan anomie memiliki
seperangkat asumsi yang sama. Pertama, kenakalan diasumsikan terutama
disebabkan oleh faktor sosial, namun tetap mempertimbangkan pengaruh pribadi
atau situasional dalam kenakalan. Kedua, struktur dan institusi masyarakat
diasumsikan berada dalam ketidaksamaan atau disorganisasi. Ketiga,
ketidakpastian dan keputusasaan yang menyertai disorganisasi sosial dan anomie.
Dalam pendekatan ini, orang menjadi rentan terhadap kenalakalan ketika situasi
tidak stabil, remaja menjadi kurang mampu menahan godaan yang menyimpang.
Keempat, tersirat bahwa erosi stabilitas dalam struktur sosial paling menonjol
di kalangan kelas bawah, sebuah asumsi yang dibuat karena teori-teori ini
dikembangkan untuk menjelaskan tingkat kejahatan yang tidak proporsional di
antara kelas pekerja dan kelas bawah.
Shaw dan McKay mulai memetakan daerah kejahatan Zona I
disebut distrik bisnis pusat atau "Loop" dan terletak di pusat kota.
Zona II disebut zona transisi, bagian tertua dari kota, dan yang sedang
"diserang" oleh ekspansi bisnis dan industri. Daya tarik perumahan di
zona ini telah menurun dan itu telah dihuni oleh pendatang baru dan orang
miskin. Zona III disebut sebagai zona rumah kelas pekerja, biasanya mereka yang
memiliki pekerjaan terampil dan semi-terampil. Zona IV adalah lokasi rumah
keluarga tunggal dan apartemen yang lebih elegan. Zone V disebut zona komuter,
terdiri dari pinggiran kota dan kota satelit yang mengelilingi pusat kota.
Analisis
pertumbuhan perkotaan digunakan oleh Shaw dan McKay tidak hanya untuk
menggambarkan distribusi kenakalan, tetapi juga untuk menjelaskan mengapa
kenakalan didistribusikan di daerah perkotaan seperti itu. "Kenakalan"
dalam analisis ini pertama kali diukur dengan jumlah laki-laki muda, di bawah
usia tertentu, tergantung pada periode waktu dan lokasi, yang dimohonkan ke
pengadilan remaja, apakah atau tidak kasus mereka benar-benar didengar oleh
hakim.
Hasil investigasi Shaw dan McKay mengungkapkan bahwa
tingkat kenakalan menurun saat seseorang pindah dari zona yang terletak di atau
di dekat distrik pusat bisnis ke luar ke zona komuter. Pola ini direplikasi
untuk ketiga seri waktu yang diteliti. Meskipun perubahan di daerah atau
lingkungan terjadi selama tiga periode waktu, 75 persen dari lingkungan dengan
tingkat kenakalan tertinggi pada tahun 1900-1906 berada di antara area
kenakalan tertinggi pada tahun 1927-1933, dengan korelasi total 61 antara dua
periode waktu.
Sejumlah temuan terkait yang dilaporkan oleh Shaw dan
McKay, bagaimanapun, menunjukkan teori disorganisasi sosial sebagai penjelasan
dasar tentang kenakalan. Pertama, ketika tingkat kenakalan diamati menurut
daerah squaremile, daerah dengan laju tertinggi biasanya terletak dekat atau
berdekatan ke situs industri atau komersial, seperti stock yard Chicago dan
pabrik baja. Di sisi lain, daerah-daerah dengan tingkat kenakalan rendah adalah
lingkungan pemukiman.
Kedua, persistensi tingkat kenakalan tinggi di
lingkungan Chicago terjadi meskipun dominasi beberapa kategori etnis dan ras
orang yang berbeda. Pada pergantian abad, populasi dominan di daerah dengan
kenakalan tinggi adalah latar belakang Eropa utara, seperti Jerman, Irlandia,
dan Inggris-Scotch. Pada tahun 1920, komposisi etnis telah berubah menjadi
kebangsaan Eropa timur dan selatan, seperti Polandia dan Italia.
Ketiga, tingkat kenakalan oleh daerah sangat
berkorelasi dengan tingkat dan keparahan dari "masalah masyarakat"
lainnya. Termasuk dalam daftar masalah tambahan ini adalah tingkat pembolosan
sekolah (yang tampaknya terpisah dari kenakalan), dewasa muda (17 hingga 20
tahun) kriminalitas, kematian bayi, tuberkulosis, dan gangguan mental.
Keempat, tingkat kenakalan juga berkorelasi dengan
sejumlah karakteristik ekonomi, yang dianggap oleh Shaw dan McKay sebagai
indikator stabilitas atau pertumbuhan, atau kebalikannya. Misalnya, tingkat
kenakalan pada umumnya terkait dengan penurunan populasi, meskipun hubungannya
tidak konsisten. Selain itu, kenakalan dikaitkan secara positif dengan persentase
keluarga yang memberikan bantuan dan tingkat ketergantungan keuangan. Akhirnya,
tingkat kenakalan berbanding terbalik dengan nilai sewa bulanan rata-rata dan
persentase kepemilikan rumah, meskipun dalam kasus yang terakhir hubungan itu
tidak konsisten.
Hasil
penelitian Shaw & McKay menunjukkan bahwa disorganisasi sosial dihubungkan
dengan karakteristik ekonomi, seperti penurunan populasi, ketergantungan secara
finansial, nilai sewa bulanan dan presentasi dari kepemilikan rumah. Namun,
penyebab disorganisasi sosial hasil dari penelitian Shaw & McKay ini tidak
begitu konsisten dan tidak membuktikan penyebab kenakalan pada remaja.
Ketidakstabilan dan patologi sosial, yaitu semua tingkah laku yang bertentangan
dengan norma kebaikan, moral dan hukum formal (yang menggambarkan kenakalan)
membawa ke pertentangan moral dan system nilai untuk anak-anak muda. Mereka
menentang nilai-nilai yang diajarkan melalui kelompok-kelompok informal di
daerah-daerah yang dilembagakan seperti gereja, sekolah dan keluarga.
Subab
ini juga menjelaskan mengapa kenakalan dapat terjadi dan dilestarikan
kebudayaannya di lingkungan sekitar. Pertama, anak-anak muda di daearah melihat
bahwa kesuksesan dan reputasi pribadi diperoleh melalui perilaku criminal atau
kenakalan, seperti ketua geng di sekolah yang dikenal dan ditakuti banyak
orang. Menurut mereka, hal tersebut adalah sebuah reputasi yang ingin mereka
capai. Kedua, anak-anak muda dapat memilih gaya hidup konvensional atau
criminal tergantung dari kekuatan control sosial di dalam hidup mereka terutama
keluarga. Pada hakikatnya, seseorang tidak akan berperilaku criminal jika
keluarga sebagai salah satu control sosial memiliki kekuatan pengendalian yang
kuat, dapat berupa sanksi, hukuman, sosialisasi dan lain sebagainya. Ketiga, kemungkinan
sangat kecil jika seseorang yang hidup di lingkungan criminal tidak bersentuhan
dengan nilai atau perilaku yang mendukung kriminalitas. Kepribadian dan
perilaku seseorang rata-rata tercermin dari lingkungan tempat tinggalnya.
Keempat, menurut Shaw & McKay, tradisi kriminalitas ini diperluas dan
disebar dari generasi ke generasi dengan “struktur geng” (remaja & dewasa
yang berada di area-area) sebagai medianya.
Dari
hasil penelitian Shaw & McKay diatas dapat disimpulkan faktor kenakalan
remaja menurut Shaw & McKay yaitu : 1) Pengaruh faktor budaya dalam efek
disorganisasi sosial pada kenakalan, 2) Kehadiran disorganisasi dan anomi di
area kenakalan tersebut, 3) Sebuah pertanyaan, ‘apakah wilayah yang tidak
terorganisir secara sosial menghasilkan tradisi kenakalan / menarik individu
untuk berbuat nakal?
Penelitian
Shaw & McKay pun menuang beberapa kritik serta hasil penelitian dari
beberapa ahli yang menghasilkan sesuatu yang berbeda dari penelitian Shaw &
McKay. Salah satu ahli tersebut bernama Ebbe, melakukan penelitian di Lagos,
Nigeria. Hasil penelitian Ebbe menyimpulkan bahwa di daerah pemukiman kelas
bawah lebih homogen dan terintegrasi secara sosial, sementara para penjahat
biasanya berasal dari pemukiman kelas atas dan penjahat tersebut kebanyakan
adalah pelayan yang bertempat tinggal di rumah para pemilik rumah. Begitu juga
dengan hasil penelitian Johnstone, hasil penelitannya menyimpulkan bahwa remaja
yang paling nakal berada di lingkungan kelas menengah. Ebbe & Johnstone
juga mengkritik penelitian Shaw & McKay bahwa dalam menganalisis kenakalan
tidak mencantumkan pentingnya keseluruhan etnis / perbedaan etnis sebagai salah
satu penyebab terjadinya kenakalan.
Konsep
tentang disorganisasi sosial di dasarkan pada karya wilyam
l. Thomas dan florian znaneicki
serta karya Clifford Shaw dan henry McKay. Istilah di sorganisasikan
sosail mengacu pada penjelasan mengenai perilaku menyimpang dan kondisi
masyarakat yang menyebabkannya. Menurut teori ini perilaku menyimpang merupakan
produk dari perkembangan masyarakat yang tak seimbang. Di dalam terjadi
perubahan dan konflik yang berdampak pada prilaku masrayakat.
Teori
ini menekankan bahwa masyarakat teorganisasi bila anggota masyarakat membangun
kesepakatan mengenai nilai dan norma funda mental sebangai dasar tindakan
bersama. Organisasi sosial atau sosial terwujud ketika ada ikatan yang kuat di
antara Indifudu-indufidu. Dan lembaga-lembaga dalam masyarakat. Ikatan ini mengikuti ke sepakatan luas mengenai tujuan
yang di hargai dan di perjuangkan . Dengan demikian, di sorganisasi sosial
adalah kekacauan sosial .
Teori
di sorganisasi sosial percaya , bahwa di sorganisasi sosial terjadi di sebagian
besar kehidupan kota. Masyarakat kota di jadikan laboratorium studi mengenai
prilaku menyimpang dan kejahatan penganut teori ini memusat penelitian pada di
sorganisasi di wilaya lokal, Tempat-tempat kumuh atau pusat kota yang banyak
terjadi kejahatan trostitusi, Bunih diri, dan berbangai bentuk, prilaku
menyimpang lainnya. Dalam pandangan teori ini , pola lingkungan kehidupan kota
melahirkan disorganisasi sosial, yang mengakibatkan terjadinya prilaku
menyimpang dan kejahatan.
Kontribusi
dari Shaw dan Mckay yang menunjukan bahwa kejahatan lebih menunjukan
disorganisasi sosial dalam lingkungan
patologi. Bahwa transmisi dan faktor budaya yang mempengaruhi tindakan
kejahatan atau perilaku menyimpang, hal ini terjadi pada suatu komunitas atau
geng di chicago, yang menularkan nilai –nilai kejahatan yang terjadi pada usia
remaja maupun dewasa. Berdasarkan hal tersebut, Clifford Shaw dan Henry Mckay
mengemukakan bahwa ada hubungan langsung antara kondisi sosial suatu komunitas
dengan kenakalan dan tingkah laku kejahatan, status ekonomi yang tinggi dalam
masyarakat cenderung lebih mapan, karena norma dan nilai yang dianutnya lebih
konsisten hal ini menyebabkan tingkat kejahatan dan kenakalan rendah, kalau
dengan masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah nilai dan normanya tidak
konsisten karena hasil dari frustasi dan kesulitan mereka dalam pemenuhan
kebutuhan yang menyebabkan beraneka ragaman tradisi yang menyebabkan angka
kejahatan dan kenakalan tinggi.
Analisis
teori berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh anak berusia 16 tahun yang
dikategorikan sebagai subjek terjadinya tindakan kejahatan menurut Shaw dan
Mckay sebanyak 30% anak berusia 16 tahun terlibat tindakan kejahatan
berdasarkan catatan pengadilan anak – anak, berdasarkan hal ini Clifford Shaw
dan Henry Mckay melihat persentase kejahatan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh mereka secara langsung yang menyimpulkan bahwa lingkungan
geografi dan ekologi yang menyebabkan atau berkontribusi dari tingkat kenakalan
seseorang. Selai n itu, sebuah studi ekologi yang menyebutkan bahwa lingkungan
adalah suatu lahan yang mengkaji manusia dengan lingkungan. Hal ini berkaitan
dengan kontribusi lingkungan terhadap terjadinya kenakalan pada seseorang.
Belum lagi lembaga institusional yang dapat
mempengaruhi terjadinya tindakan kenakalan seperti keluarga, sekolah yang
menginternalisasi dari teman sebaya atau pergaulan yang negatif. Teori dari
Edwin Sutherland tentang asosiasi differensial teori yang menjelaskan pembawa
tingkah laku kejahatan seperti tingkah laku kriminal itu dipelajari bisa
melalui proses komunikasi.
Dengan
menggunakan respons survei sampel nasional orang berusia 16 dan lebih di
Inggris dan Wales, Sampson dan Groves menentukan tingkat kejahatan komunitas
dan lingkungan tertentu. Ciri yang menarik dari penelitian ini adalah bahwa ia
mengukur kejahatan dengan melaporkan sendiri sampel, serta oleh indikasi mereka
sejauh mana mereka telah menjadi korban perilaku kriminal.
Secara
keseluruhan, Sampson dan Groves menemukan bahwa tingkat kejahatan lebih rendah
di daerah-daerah yang ditandai oleh ikatan pertemanan yang lebih tinggi di
suatu daerah, tingkat partisipasi yang lebih tinggi dalam organisasi, dan
kontrol yang lebih besar terhadap kelompok remaja. Faktor-faktor ini dianggap
indikasi organisasi sosial; dengan demikian, ketidakhadiran relatif mereka
menunjukkan disorganisasi sosial. Namun, sekali lagi, konsep-konsep ini
hanyalah perkiraan struktur komunitas. Bahkan, dalam beberapa kasus, mereka
diukur dengan tanggapan hanya pada satu pernyataan.
Penelitian
lanjutan terhadap masalah ini biasanya menyimpulkan bahwa lingkungan kondisi,
termasuk kemiskinan di suatu area, memiliki efek terukur dan langsung pada
kejahatan dan kenakalan, tetapi faktor individu dan keluarga juga penting dalam
memahami kejahatan dan kenakalan di lingkungan yang tidak terorganisir
(Sampsonetal., 2002; Hoffman, 2002). Dalam beberapa kasus, karakteristik
lingkungan khusus mungkin terutama prediksi kenakalan, seperti temuan Hoffman
bahwa pengangguran laki-laki adalah prediktor kenakalan, terlepas dari pengaruh
orang tua, kecuali untuk hubungan antara kenakalan dan keterlibatan sekolah,
yang lebih kuat ketika pengangguran rendah . Selanjutnya, interaksi
pengangguran, pengawasan orang tua yang terbatas, dan stres (seperti kesulitan
sekolah dan perpisahan keluarga atau kesulitan) dapat menjadi prediktor yang
kuat atas kenakalan.
Kejahatan
seperti pembunuhan, dapat menghasilkan tingkat ketakutan yang sangat besar bagi
masyarakat, sehingga membuat masyarakat merasa tidak nyaman. Karena ketidak
nyamanan inilah maka sebagaian masyarakat merasa tidak percaya terhadap
lingkungan tempat tinggalnya sendiri sehingga muncul keinginan untuk pindah
dari daerah rumahnya tersebut. karena hal ini maka lingkungan tempat tinggal
mencoba untuk menginternalisasi norma yang baik agar setidaknya mengurangi
tindakan kekerasan dan kenakalan. Muncul lah suatu istilah lingkungan yang
dipertahankan, dalam arti lingkungan yang mampu membuat individu tidak
terpengaruh oleh budaya luar sehingga tidak tersentuh oleh tindak kejahatan,
karena didalam lingkungan sendiri telah ditanamkan suatu norma sosial yang baik.
Peran pemimpin dalam hal ini sangat penting upaya untuk menjaga masyarakatnya
agar tetap dalam lingkungan yang dipertahankan tersebut.
Teori
disorganisasi sosial menurut Shaw dan McKay, merupakan suatu tindakan kejahatan
yang terjadi dalam cakupan kelembagaan local seperti keluarga, lembaga
pendidikan dan lain sebagainya. Adapun penyebab utama terjadinya suatu
disorganisasi sosial yaitu :
1. Lingkungan
geografis
2. Tempat
pemukiman yang kumuh
3. Jumlah
kepadatan penduduk
Apabila suatu individu
tinggal di lingkungan geografis yang kurang baik dan keadaanya kumuh disertai
dengan jumlah penduduk yang tinggi maka kemungkinan besar tingkat kejahatan
akan terjadi. Disorganisasi sosial cakupannya hanya berupa lembaga local, jadi
dalam kasus ini misalnya ada seorang anak yang tinggal dilingkungan tidak maka
pergaulannya akan sangat buruk sehingga dia memiliki sikap negative terhadap
keluarganya sendiri.Menurut Bursik, suatu tindak kejahatan itu merupakan suatu
perilaku yang disebabkan oleh masyarakatnya sendiri dan berpengaruh oleh
masyarakat itu sendiri. Jadi peran pemimpin disini sangat pentung upaya untuk
memperhatikan dan menjaga masyarakatnya agar tidak saling berkonflik dan
melakukan tindak kejahtan.
Disorganisasi
sosial sering berlaku untuk kondisi kelembagaan lokal, sementara anomie
biasanya mengacu pada kondisi sosial yang lebih besar. Teori anomi berasumsi
bahwa penyimpangan merupakan akibat dari adanya berbagai macam ketegangan dalam
struktur sosial di masyarakat sehingga terdapat individu yang mengalami tekanan
dan akhirnya menjadi menyimpang. Munculnya keadaan anomi menurut Merton yaitu :
1. Masyarakat
industry modern lebih mementingkan mencapai suatu kesuksesan materi yang
diwujudkan dalam bentuk kekayaan.
2. Apabila
hal tersebut telah diapai maka dianggap sebagai orang yang telah mencapai
tujuan yang dicita-citakan oleh masyarakat, sedangkan untuk mencapai hal
tersebut harus melalui akses atau cara kelembagaan yang sah.
3. Namun
ternyata, akses kelembagaan yang sah jumlahnya tidak dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat, terutama lapisan masyarakat bawah.
4. Akibat
dari keterbatasn akses tersebut, maka muncul situasi anomi. Yaitu merupakan
situasi dimana tidak ada titik temu antara tujuan-tujuan dan cara yang tersedia
untu menapai tujuan tersebut.
5. Dengan
demiian anomi merupakan keadaan dimana masyarakat lebih menekankan kepentingan
status tersebut namun kenyataannya cara untuk memperolehnya sangat terbatas.
Oleh
sebab itu dimasyaraat sering terjadi kriminalitas karena pada dasarnya
orang-orang ini mungkin bersedia bekerja atau menjadi anggota masyarakat yang
produktif tetapi, karena tidak tersedianya lapangan kerja atau kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan kerja, mereka beralih ke kriminalitas, mungkin
karena frustrasi dengan situasi mereka atau mungkin karena kebutuhan ekonomi.
Anomie
(tentang kenakalan dan kejahatan)
Orang-orang
yang dirugikan dalam kegiatan ekonomi yang terlegitimasiàtermotivasi
untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi yg tidak terlegitimasi atau kegiatan
kenakalan.Sebenarnyaorang-orang ini bersedia bekerja atau menjadi anggota
masyarakat yang produktif, namun karena
tidak tersedianya lapangan pekerjaan atau kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan kerja, maka mereka beralih
ke kegiatan kriminalitas hal ini mungkin dikarenakan mereka telah frustasi
dengan situasi mereka atau mungkin karena kebutuhan ekonomi yg harus mereka
penuhi.
Hubungan
antara anomie dengan kenakalan
Kondisi
masyarakat (kebanyakan kondisi ekonomi) yang mempengaruhi akses seseorang ke
kegiatan ekonomi yang sah à Namun, terdapat tekanan untuk terlibat
dalam kegiatan atau kenakalan yang tidak sah (kebanyakan ekonomi) àHubungan
antara anomi dan kenakalan sejalan.
Konsep Anomie ke Sosiologi
§ Emile
Durkheim
Dalam
jilid klasik berjudul The Division of Labor in Society (1933), Durkheim merinci
sebuah tesis yang berpendapat bahwa masyarakat normalnya berkembang atau
berubah dari keadaan eksistensi yang relatif sederhana dan tidak rumit menjadi
negara yang kompleks.
·
Solidaritas Mekanis : Kondisi pertama
Durkheim disebut sebagai keadaan solidaritas mekanis, di mana masyarakat
disatukan, sehingga untuk berbicara, oleh kekuatan persamaan dan kemiripan.
·
Solidaritas Organik : Ketika masyarakat
menjadi lebih besar dan populasi semakin padat, struktur hubungan sosial
berubah menjadi solidaritas organik. Dalam situasi ini, masyarakat disatukan
melalui sistem
interdependensi fungsional
Durkheim
menguraikan tiga situasi yang dapat mengarah pada pembagian kerja yang
abnormal:
1. Berasal
dari krisis keuangan dan kegagalan, serta konflik industri dan perselisihan.
2. Berasal
dari kelas yang tidak alami dan pembagian kasta, di mana mereka yang berada di
kelas bawah memberontak melawan batas-batas sewenang-wenang yang ditempatkan
pada aspirasi dan kemampuan mereka.
3. Pembagian
kerja terjadi ketika duplikasi dan kurangnya koordinasi di dalam dan di antara
bisnis menghasilkan gangguan kohesi sosial. Dalam arti, pekerja menjadi
terasing dari pekerjaan mereka.
Sementara
Durkheim gagal secara eksplisit untuk mengaitkan kondisi anomi dengan kejahatan
atau penyimpangan, dengan pengecualian bunuh diri, para penulis kemudian memanfaatkan
istilah tersebut untuk menjelaskan keberadaan kejahatan dan penyimpangan. Yang
paling signifikan dari kontribusi ini diberikan oleh Robert Merton.
§ Robert
Merton
Dalam artikelnya
tentang struktur sosial dan anomi, pertama kali diterbitkan pada tahun 1938,
argumen dasar teori Merton adalah bahwa sering ada dalam suatu masyarakat
perbedaan, atau disjungsi, antara tujuan dan sistemnya sarana yang sah untuk
mencapai tujuan tersebut. Sistem peluang yang sah untuk mencapai kesuksesan,
seperti ketersediaan kegiatan pendidikan dan pekerjaan, tidak didistribusikan
secara merata di dalam masyarakat (Merton, 1957). Meskipun kebanyakan orang
dapat memperoleh beberapa jenis pekerjaan, kemampuan untuk mendapatkan posisi
bergaji tinggi, atau satu dengan potensi kemajuan, tergantung pada berbagai
kondisi yang sebagian besar populasi tidak miliki.
Tujuan keberhasilan
ekonomi ditempatkan di dalam wilayah budaya, sementara sistem peluang yang sah
diklasifikasikan sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat. Anomie didefinisikan,
menurut teori ini, sebagai disjungsi antara tujuan budaya dan sarana
terstruktur untuk mencapai tujuan-tujuan ini, karena mempengaruhi sejumlah
besar orang. Reaksi atau adaptasi
terhadap keadaan anomie dapat bervariasi dalam suatu masyarakat, menurut
Merton, dan reaksi ini membantu menggambarkan jenis kejahatan dan penyimpangan
yang ada di masyarakat. Tanggapan ini dijelaskan dalam hal menerima atau
menolak tujuan budaya atau sarana structural.
Konsep anomi juga digunakan dalam studi ekologis
atau studi tentang lingkungan oleh Bernard Lander. Asumsinya adalah bahwa
terdapat korelasi positif dan signifikan antara kenakalan dengan kondisi tempat
tinggal atau lingkungan tempat tinggal. Misalnya, lingkungan tempat tinggal
yang kumuh atau di bawah standar dan padat penduduk rentan sekali terjadinya
penyimpangan atau kenakalan. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat yang tinggal
di pemukiman kumuh antara satu dengan lainnya tidak lagi saling mengharapkan terkait
perilaku yang bagaimana yang seharusnya dilakukan. Keadaan seperti ini
menyebabkan pelaku menyimpang merasa bahwa apa yang mereka lakukan bukan
sesuatu yang salah karena dirinya merasa bahwa di sekelilingnya tidak ada
aturan dan pengharapan atas dirinya.
Konsep anomie juga sering dikonsepsikan dalam hal
stabilitas masyarakat. Asumsinya adalah bahwa dalam masyarakat yang stabil atau
tidak anomik tingkat kejahatannya lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat
yang tidak stabil atau anomik. Namun terdapat kekurangan dalam teori anomie
terkait dengan studi ekologi itu sendiri yaitu bahwa teori anomi hanya cocok
dan sesuai dengan pola zona konsentris yang mana pusat kota menjadi tempat
melonjaknya jumlah penduduk sehingga rentan terhadap penyimpangan.
Kemudian muncul pertanyaan apa hubungannya antara
anomie dengan perilaku individu? Merton menjawab bahwa hubungan antara keduanya
terletak pada pola interaksi yang dihasilkan oleh individu-individu pada suatu
wilayah, baik itu wilayah yang anomie ataupun tidak. Untuk penjelasan
alternatif terkait dengan pola interaksi tersebut, Merton membahasnya dengan
konsep deprivasi relatif. Deprivasi relatif merupakan perbandingan terkait
situasi sosial ekonomi yang dibuat oleh individu terhadap orang lain. Asumsinya
adalah bahwa orang miskin cenderung akan membandingkan situasi sosial ekonomi
mereka dengan orang miskin juga, tidak mungkin mereka membandingkannya dengan
orang dari kalangan menengah ke atas. Konsep deprivasi relatif juga
memungkinkan terjawabnya pertanyaan mengapa ada beberapa orang yang berada di
wilayah anomik tetapi dia tidak melakukan penyimpangan. Deprivasi relatif
sebenarnya merupakan perasaan diri negatif seperti kekecewaan, rasa
ketidakeberdayaan, kemarahan yang timbul akibat perbandingan situasi sosial
ekonomi terhadap orang lain. Jadi konsep deprivasi relatif ini dilihat dari
individu masing-masing.
Untuk penjelasan alternatif terkait dengan mengapa
ada beberapa orang yang tidak melakukan penyimpangan sedangkan dirinya berada
di wilayah anomik, Robert Agnew membahas mengenai konsep adaptasi. Agnew
menjelaskan bahwa remaja yang tidak bisa melarikan diri dari pengalaman yang
tidak menyenangkan baik itu dari rumah ataupun sekolah, maka akan melakukan
penyimpangan. Jadi Agnew berfokus pada adaptasi individu terhadap keadaan
anomik tersebut.
Orang
miskin akan berinterasi atau membandingan diri mereka ke orang miskin yang lain
juga. Jadi hanya dengan yang kelas sosialnya sama. contohnya pekerja serikat
yang hanya membandingkan pekerjaannya dengan pekerja serikat juga, bukan dengan
manajer. Mengenai hal itu Howard Kaplan membahas tentang Deprivasi Relatif,
Deprivasi relatif adalah keadaan psikologis dimana seseorang merasakan
ketidakpuasan atas kesenjangan/kekurangan subjektif yang dirasakannya pada saat
keadaan diri dan kelompoknya dibandingkan dengan orang atau kelompok lain.
Keadaan deprivasi bisa menimbulkan persepsi adanya suatu ketidakadilan.
Dari
rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh Orang miskin tersebut akan menimbulkan
sebuah ketegangan atau disebut dengan Strain. Strain adalah suatu kondisi
ketegangan psikis yang ditimbulkan dari hubungan negatif dengan orang lain yang
menghasilkan afek negatif (terutama rasa marah dan frustasi) yang mengarah pada
kenakalan (Robert Agnew, 1992). Dalam penyelidikan hipotesa ini, dengan
menggunakan pengukuran kenakalan yang dilaporkan sendiri di antara sampel anak
laki-laki kelas 10, Agnew melaporkan positif signifikan hubungan antara
lingkungan rumah dan sekolah yang tidak bahagia dan perasaan kemarahan. Selain
itu, kemarahan secara signifikan, dan positif, terkait untuk kenakalan.
Agnew
menambahkan bahwa kenakalan terjadi karena adanya strain atau ketegangan, dan
dia mengemukakan GST (Grand Strain Theory) atau teori ketegangan umum yang
dibagi menjadi 3. Yaitu perbedaan antara kesejateraan masyarakat dan cara untuk
mendapatkannya, adalah hilangnya sesuatu yang positif dalam hidup seseorang,
seperti putusnya hubungan dengan pacar atau pacar. Ketiga jenis hasil
ketegangan dari kehadiran peristiwa negatif, seperti viktimisasi kriminal, atau
intimidasi dari orang tua atau teman sebaya.
Robert
Agnew (2001), untuk Misalnya, menawarkan contoh-contoh situasi ketegangan yang
kemungkinan besar akan terjadi menyebabkan respon kriminal untuk pemuda,
seperti ketika ketegangan terlihat sebagai tidak adil, atau lebih penting
(cedera berat atau kerugian finansial, misalnya), atau meminta seseorang untuk
melihat kejahatan sebagai solusi yang lebih baik.
Remaja
tidak hanya memiliki kontrol sosio-emosional yang lebih sedikit daripada orang
dewasa, karena proses perkembangan, tetapi mereka juga cenderung untuk
mengalami kekuatan negatif dan mengendalikan dalam hidup mereka sekolah dan
keluarga. Selain itu, remaja lebih cenderung berinteraksi dengan teman sebaya
yang nakal, bahkan jika teman-teman ini sering kali bukan teman mereka karena
asosiasi dengan teman sebaya melalui kegiatan yang berhubungan dengan sekolah.
Remaja mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dan kurang mampu mengatasinya
dengan stressor ini pada usia mereka; dengan demikian, mereka lebih cenderung
terlibat dalam kenakalan. Saat usia remaja dan dewasa, tingkat stres mereka dan
regangan menurun atau mereka lebih mampu menyesuaikan dan menangani ketegangan
secara konvensional, mengarah pada penurunan kenakalan yang sering dicatat
dengan usia.
PPT? Klik Link
https://docs.google.com/presentation/d/e/2PACX-1vS83wFzmUUEmqpEdHupeLJwWdGMmTlQiZCLpyJk-QgzoNLPzl8SHhSt5kAIlNkyhw0txMVwLZBy1CdR/pub?start=true&loop=true&delayms=3000
PPT? Klik Link
https://docs.google.com/presentation/d/e/2PACX-1vS83wFzmUUEmqpEdHupeLJwWdGMmTlQiZCLpyJk-QgzoNLPzl8SHhSt5kAIlNkyhw0txMVwLZBy1CdR/pub?start=true&loop=true&delayms=3000
Caesars Palace Casino & Spa in Las Vegas, NV - Mapyro
BalasHapusInformation and 경기도 출장마사지 Reviews about Caesars 양산 출장샵 Palace Casino & 고양 출장샵 Spa, including Reviews, Photos, Rates, PokéStop Reviews and 제주 출장샵 Promos. Rating: 전주 출장마사지 2.8 · 6 reviews · Price range: $50 and over