Disorganisasi Sosial dan Anomie (Review Kelompok)


Disorganisasi Sosial dan Anomie
Ikhtisiar Historis
Studi perkotaan dan lingkungan pada abad ke-19, khususnya di Eropa menunjukkan korelasi antara kenakalan dan kejahatan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu kepadatan penduduk, usia, jenis kelamin, kemiskinan, dan pendidikan. Namun menurut Morris, faktor-faktor yang paling dominan tentang penyebab kejahatan adalah kemiskinan, ketidaktahuan, dan kepadatan penduduk. Tetapi kemudian minat awal dalam penelitian lingkungan ini menjadi hilang selama beberapa tahun. Setelah itu, hadir penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu penggunaan luas peta dan grafik untuk menunjukkan distribusi kuantitatif kejahatan dan kenakalan. Penelitian ini digagaskan oleh A. M. Guerry dan Adolphe Quetelet, penggunaan metode penelitian semacam ini disebut “Sekolah Kartografi”. Hasil penelitian ini mendukung penjelasan lingkungan tentang kriminalitas, tidak ada teori yang mendasari yang membimbing penafsiran hasil ini. Seringkali temuan digunakan untuk menunjukkan kurangnya moralitas di bagian-bagian tertentu dari kota atau wilayah suatu negara, atau di antara anggota kategori populasi tertentu.
Akhir abad ke-19 merupakn perkembangan teori konsep "anomie", yang digagas oleh Emile Durkheim dan teori Marxis tentang pola perilaku berbasis kelas, ditambah lagi dengan pekerjaan di Amerika di Clifford Shaw dan Henry McKay, berkontribusi pada penggabungan fakta dengan teori di bidang penelitian kenakalan ini.Dengan demikian, konstruk teoritis yang mendasari disorganisasi sosial dan anomie sebagai penjelasan tentang kenakalan merupakan perpanjang dari studi ekologis metodologis sebelumnya, yaitu lingkungan ekologi tentang kriminalitas. Pada saat yang sama, penjelasan ini juga merupakan penjelasan psikologi sosiologis dan sosial modern yang paling awal tentang kejahatan dan kenakalan. Konsep, hipotesis, dan penelitian yang dihasilkan dari teori-teori ini telah mempengaruhi analisis kenakalan dan kejahatan untuk sebagian besar abad ini.
Asumsi Generik
Sebagaimana penjelasan tentang kenakalan, disorganisasi sosial dan anomie memiliki seperangkat asumsi yang sama. Pertama, kenakalan diasumsikan terutama disebabkan oleh faktor sosial, namun tetap mempertimbangkan pengaruh pribadi atau situasional dalam kenakalan. Kedua, struktur dan institusi masyarakat diasumsikan berada dalam ketidaksamaan atau disorganisasi. Ketiga, ketidakpastian dan keputusasaan yang menyertai disorganisasi sosial dan anomie. Dalam pendekatan ini, orang menjadi rentan terhadap kenalakalan ketika situasi tidak stabil, remaja menjadi kurang mampu menahan godaan yang menyimpang. Keempat, tersirat bahwa erosi stabilitas dalam struktur sosial paling menonjol di kalangan kelas bawah, sebuah asumsi yang dibuat karena teori-teori ini dikembangkan untuk menjelaskan tingkat kejahatan yang tidak proporsional di antara kelas pekerja dan kelas bawah.
Shaw dan McKay mulai memetakan daerah kejahatan Zona I disebut distrik bisnis pusat atau "Loop" dan terletak di pusat kota. Zona II disebut zona transisi, bagian tertua dari kota, dan yang sedang "diserang" oleh ekspansi bisnis dan industri. Daya tarik perumahan di zona ini telah menurun dan itu telah dihuni oleh pendatang baru dan orang miskin. Zona III disebut sebagai zona rumah kelas pekerja, biasanya mereka yang memiliki pekerjaan terampil dan semi-terampil. Zona IV adalah lokasi rumah keluarga tunggal dan apartemen yang lebih elegan. Zone V disebut zona komuter, terdiri dari pinggiran kota dan kota satelit yang mengelilingi pusat kota.
 Analisis pertumbuhan perkotaan digunakan oleh Shaw dan McKay tidak hanya untuk menggambarkan distribusi kenakalan, tetapi juga untuk menjelaskan mengapa kenakalan didistribusikan di daerah perkotaan seperti itu. "Kenakalan" dalam analisis ini pertama kali diukur dengan jumlah laki-laki muda, di bawah usia tertentu, tergantung pada periode waktu dan lokasi, yang dimohonkan ke pengadilan remaja, apakah atau tidak kasus mereka benar-benar didengar oleh hakim.
Hasil investigasi Shaw dan McKay mengungkapkan bahwa tingkat kenakalan menurun saat seseorang pindah dari zona yang terletak di atau di dekat distrik pusat bisnis ke luar ke zona komuter. Pola ini direplikasi untuk ketiga seri waktu yang diteliti. Meskipun perubahan di daerah atau lingkungan terjadi selama tiga periode waktu, 75 persen dari lingkungan dengan tingkat kenakalan tertinggi pada tahun 1900-1906 berada di antara area kenakalan tertinggi pada tahun 1927-1933, dengan korelasi total 61 antara dua periode waktu.
Sejumlah temuan terkait yang dilaporkan oleh Shaw dan McKay, bagaimanapun, menunjukkan teori disorganisasi sosial sebagai penjelasan dasar tentang kenakalan. Pertama, ketika tingkat kenakalan diamati menurut daerah squaremile, daerah dengan laju tertinggi biasanya terletak dekat atau berdekatan ke situs industri atau komersial, seperti stock yard Chicago dan pabrik baja. Di sisi lain, daerah-daerah dengan tingkat kenakalan rendah adalah lingkungan pemukiman.
Kedua, persistensi tingkat kenakalan tinggi di lingkungan Chicago terjadi meskipun dominasi beberapa kategori etnis dan ras orang yang berbeda. Pada pergantian abad, populasi dominan di daerah dengan kenakalan tinggi adalah latar belakang Eropa utara, seperti Jerman, Irlandia, dan Inggris-Scotch. Pada tahun 1920, komposisi etnis telah berubah menjadi kebangsaan Eropa timur dan selatan, seperti Polandia dan Italia.
Ketiga, tingkat kenakalan oleh daerah sangat berkorelasi dengan tingkat dan keparahan dari "masalah masyarakat" lainnya. Termasuk dalam daftar masalah tambahan ini adalah tingkat pembolosan sekolah (yang tampaknya terpisah dari kenakalan), dewasa muda (17 hingga 20 tahun) kriminalitas, kematian bayi, tuberkulosis, dan gangguan mental.
Keempat, tingkat kenakalan juga berkorelasi dengan sejumlah karakteristik ekonomi, yang dianggap oleh Shaw dan McKay sebagai indikator stabilitas atau pertumbuhan, atau kebalikannya. Misalnya, tingkat kenakalan pada umumnya terkait dengan penurunan populasi, meskipun hubungannya tidak konsisten. Selain itu, kenakalan dikaitkan secara positif dengan persentase keluarga yang memberikan bantuan dan tingkat ketergantungan keuangan. Akhirnya, tingkat kenakalan berbanding terbalik dengan nilai sewa bulanan rata-rata dan persentase kepemilikan rumah, meskipun dalam kasus yang terakhir hubungan itu tidak konsisten.
Hasil penelitian Shaw & McKay menunjukkan bahwa disorganisasi sosial dihubungkan dengan karakteristik ekonomi, seperti penurunan populasi, ketergantungan secara finansial, nilai sewa bulanan dan presentasi dari kepemilikan rumah. Namun, penyebab disorganisasi sosial hasil dari penelitian Shaw & McKay ini tidak begitu konsisten dan tidak membuktikan penyebab kenakalan pada remaja. Ketidakstabilan dan patologi sosial, yaitu semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, moral dan hukum formal (yang menggambarkan kenakalan) membawa ke pertentangan moral dan system nilai untuk anak-anak muda. Mereka menentang nilai-nilai yang diajarkan melalui kelompok-kelompok informal di daerah-daerah yang dilembagakan seperti gereja, sekolah dan keluarga.
Subab ini juga menjelaskan mengapa kenakalan dapat terjadi dan dilestarikan kebudayaannya di lingkungan sekitar. Pertama, anak-anak muda di daearah melihat bahwa kesuksesan dan reputasi pribadi diperoleh melalui perilaku criminal atau kenakalan, seperti ketua geng di sekolah yang dikenal dan ditakuti banyak orang. Menurut mereka, hal tersebut adalah sebuah reputasi yang ingin mereka capai. Kedua, anak-anak muda dapat memilih gaya hidup konvensional atau criminal tergantung dari kekuatan control sosial di dalam hidup mereka terutama keluarga. Pada hakikatnya, seseorang tidak akan berperilaku criminal jika keluarga sebagai salah satu control sosial memiliki kekuatan pengendalian yang kuat, dapat berupa sanksi, hukuman, sosialisasi dan lain sebagainya. Ketiga, kemungkinan sangat kecil jika seseorang yang hidup di lingkungan criminal tidak bersentuhan dengan nilai atau perilaku yang mendukung kriminalitas. Kepribadian dan perilaku seseorang rata-rata tercermin dari lingkungan tempat tinggalnya. Keempat, menurut Shaw & McKay, tradisi kriminalitas ini diperluas dan disebar dari generasi ke generasi dengan “struktur geng” (remaja & dewasa yang berada di area-area) sebagai medianya.
Dari hasil penelitian Shaw & McKay diatas dapat disimpulkan faktor kenakalan remaja menurut Shaw & McKay yaitu : 1) Pengaruh faktor budaya dalam efek disorganisasi sosial pada kenakalan, 2) Kehadiran disorganisasi dan anomi di area kenakalan tersebut, 3) Sebuah pertanyaan, ‘apakah wilayah yang tidak terorganisir secara sosial menghasilkan tradisi kenakalan / menarik individu untuk berbuat nakal?
Penelitian Shaw & McKay pun menuang beberapa kritik serta hasil penelitian dari beberapa ahli yang menghasilkan sesuatu yang berbeda dari penelitian Shaw & McKay. Salah satu ahli tersebut bernama Ebbe, melakukan penelitian di Lagos, Nigeria. Hasil penelitian Ebbe menyimpulkan bahwa di daerah pemukiman kelas bawah lebih homogen dan terintegrasi secara sosial, sementara para penjahat biasanya berasal dari pemukiman kelas atas dan penjahat tersebut kebanyakan adalah pelayan yang bertempat tinggal di rumah para pemilik rumah. Begitu juga dengan hasil penelitian Johnstone, hasil penelitannya menyimpulkan bahwa remaja yang paling nakal berada di lingkungan kelas menengah. Ebbe & Johnstone juga mengkritik penelitian Shaw & McKay bahwa dalam menganalisis kenakalan tidak mencantumkan pentingnya keseluruhan etnis / perbedaan etnis sebagai salah satu penyebab terjadinya kenakalan.
Konsep tentang disorganisasi sosial di dasarkan pada karya  wilyam  l. Thomas dan florian znaneicki  serta karya Clifford Shaw dan henry McKay. Istilah di sorganisasikan sosail mengacu pada penjelasan mengenai perilaku menyimpang dan kondisi masyarakat yang menyebabkannya. Menurut teori ini perilaku menyimpang merupakan produk dari perkembangan masyarakat yang tak seimbang. Di dalam terjadi perubahan dan konflik yang berdampak pada prilaku masrayakat.
Teori ini menekankan bahwa masyarakat teorganisasi bila anggota masyarakat membangun kesepakatan mengenai nilai dan norma funda mental sebangai dasar tindakan bersama. Organisasi sosial atau sosial terwujud ketika ada ikatan yang kuat di antara Indifudu-indufidu. Dan lembaga-lembaga dalam masyarakat. Ikatan ini  mengikuti ke sepakatan luas mengenai tujuan yang di hargai dan di perjuangkan . Dengan demikian, di sorganisasi sosial adalah kekacauan sosial .
Teori di sorganisasi sosial percaya , bahwa di sorganisasi sosial terjadi di sebagian besar kehidupan kota. Masyarakat kota di jadikan laboratorium studi mengenai prilaku menyimpang dan kejahatan penganut teori ini memusat penelitian pada di sorganisasi di wilaya lokal, Tempat-tempat kumuh atau pusat kota yang banyak terjadi kejahatan trostitusi, Bunih diri, dan berbangai bentuk, prilaku menyimpang lainnya. Dalam pandangan teori ini , pola lingkungan kehidupan kota melahirkan disorganisasi sosial, yang mengakibatkan terjadinya prilaku menyimpang dan kejahatan.
Kontribusi dari Shaw dan Mckay yang menunjukan bahwa kejahatan lebih menunjukan disorganisasi sosial  dalam lingkungan patologi. Bahwa transmisi dan faktor budaya yang mempengaruhi tindakan kejahatan atau perilaku menyimpang, hal ini terjadi pada suatu komunitas atau geng di chicago, yang menularkan nilai –nilai kejahatan yang terjadi pada usia remaja maupun dewasa. Berdasarkan hal tersebut, Clifford Shaw dan Henry Mckay mengemukakan bahwa ada hubungan langsung antara kondisi sosial suatu komunitas dengan kenakalan dan tingkah laku kejahatan, status ekonomi yang tinggi dalam masyarakat cenderung lebih mapan, karena norma dan nilai yang dianutnya lebih konsisten hal ini menyebabkan tingkat kejahatan dan kenakalan rendah, kalau dengan masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah nilai dan normanya tidak konsisten karena hasil dari frustasi dan kesulitan mereka dalam pemenuhan kebutuhan yang menyebabkan beraneka ragaman tradisi yang menyebabkan angka kejahatan dan kenakalan tinggi.
Analisis teori berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh anak berusia 16 tahun yang dikategorikan sebagai subjek terjadinya tindakan kejahatan menurut Shaw dan Mckay sebanyak 30% anak berusia 16 tahun terlibat tindakan kejahatan berdasarkan catatan pengadilan anak – anak, berdasarkan hal ini Clifford Shaw dan Henry Mckay melihat persentase kejahatan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mereka secara langsung yang menyimpulkan bahwa lingkungan geografi dan ekologi yang menyebabkan atau berkontribusi dari tingkat kenakalan seseorang. Selai n itu, sebuah studi ekologi yang menyebutkan bahwa lingkungan adalah suatu lahan yang mengkaji manusia dengan lingkungan. Hal ini berkaitan dengan kontribusi lingkungan terhadap terjadinya kenakalan pada seseorang.
 Belum lagi lembaga institusional yang dapat mempengaruhi terjadinya tindakan kenakalan seperti keluarga, sekolah yang menginternalisasi dari teman sebaya atau pergaulan yang negatif. Teori dari Edwin Sutherland tentang asosiasi differensial teori yang menjelaskan pembawa tingkah laku kejahatan seperti tingkah laku kriminal itu dipelajari bisa melalui proses komunikasi.
Dengan menggunakan respons survei sampel nasional orang berusia 16 dan lebih di Inggris dan Wales, Sampson dan Groves menentukan tingkat kejahatan komunitas dan lingkungan tertentu. Ciri yang menarik dari penelitian ini adalah bahwa ia mengukur kejahatan dengan melaporkan sendiri sampel, serta oleh indikasi mereka sejauh mana mereka telah menjadi korban perilaku kriminal.
Secara keseluruhan, Sampson dan Groves menemukan bahwa tingkat kejahatan lebih rendah di daerah-daerah yang ditandai oleh ikatan pertemanan yang lebih tinggi di suatu daerah, tingkat partisipasi yang lebih tinggi dalam organisasi, dan kontrol yang lebih besar terhadap kelompok remaja. Faktor-faktor ini dianggap indikasi organisasi sosial; dengan demikian, ketidakhadiran relatif mereka menunjukkan disorganisasi sosial. Namun, sekali lagi, konsep-konsep ini hanyalah perkiraan struktur komunitas. Bahkan, dalam beberapa kasus, mereka diukur dengan tanggapan hanya pada satu pernyataan.
Penelitian lanjutan terhadap masalah ini biasanya menyimpulkan bahwa lingkungan kondisi, termasuk kemiskinan di suatu area, memiliki efek terukur dan langsung pada kejahatan dan kenakalan, tetapi faktor individu dan keluarga juga penting dalam memahami kejahatan dan kenakalan di lingkungan yang tidak terorganisir (Sampsonetal., 2002; Hoffman, 2002). Dalam beberapa kasus, karakteristik lingkungan khusus mungkin terutama prediksi kenakalan, seperti temuan Hoffman bahwa pengangguran laki-laki adalah prediktor kenakalan, terlepas dari pengaruh orang tua, kecuali untuk hubungan antara kenakalan dan keterlibatan sekolah, yang lebih kuat ketika pengangguran rendah . Selanjutnya, interaksi pengangguran, pengawasan orang tua yang terbatas, dan stres (seperti kesulitan sekolah dan perpisahan keluarga atau kesulitan) dapat menjadi prediktor yang kuat atas kenakalan.
Kejahatan seperti pembunuhan, dapat menghasilkan tingkat ketakutan yang sangat besar bagi masyarakat, sehingga membuat masyarakat merasa tidak nyaman. Karena ketidak nyamanan inilah maka sebagaian masyarakat merasa tidak percaya terhadap lingkungan tempat tinggalnya sendiri sehingga muncul keinginan untuk pindah dari daerah rumahnya tersebut. karena hal ini maka lingkungan tempat tinggal mencoba untuk menginternalisasi norma yang baik agar setidaknya mengurangi tindakan kekerasan dan kenakalan. Muncul lah suatu istilah lingkungan yang dipertahankan, dalam arti lingkungan yang mampu membuat individu tidak terpengaruh oleh budaya luar sehingga tidak tersentuh oleh tindak kejahatan, karena didalam lingkungan sendiri telah ditanamkan suatu norma sosial yang baik. Peran pemimpin dalam hal ini sangat penting upaya untuk menjaga masyarakatnya agar tetap dalam lingkungan yang dipertahankan tersebut.
Teori disorganisasi sosial menurut Shaw dan McKay, merupakan suatu tindakan kejahatan yang terjadi dalam cakupan kelembagaan local seperti keluarga, lembaga pendidikan dan lain sebagainya. Adapun penyebab utama terjadinya suatu disorganisasi sosial yaitu :
1.      Lingkungan geografis
2.      Tempat pemukiman yang kumuh
3.      Jumlah kepadatan penduduk

Apabila suatu individu tinggal di lingkungan geografis yang kurang baik dan keadaanya kumuh disertai dengan jumlah penduduk yang tinggi maka kemungkinan besar tingkat kejahatan akan terjadi. Disorganisasi sosial cakupannya hanya berupa lembaga local, jadi dalam kasus ini misalnya ada seorang anak yang tinggal dilingkungan tidak maka pergaulannya akan sangat buruk sehingga dia memiliki sikap negative terhadap keluarganya sendiri.Menurut Bursik, suatu tindak kejahatan itu merupakan suatu perilaku yang disebabkan oleh masyarakatnya sendiri dan berpengaruh oleh masyarakat itu sendiri. Jadi peran pemimpin disini sangat pentung upaya untuk memperhatikan dan menjaga masyarakatnya agar tidak saling berkonflik dan melakukan tindak kejahtan.
Disorganisasi sosial sering berlaku untuk kondisi kelembagaan lokal, sementara anomie biasanya mengacu pada kondisi sosial yang lebih besar. Teori anomi berasumsi bahwa penyimpangan merupakan akibat dari adanya berbagai macam ketegangan dalam struktur sosial di masyarakat sehingga terdapat individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi menyimpang. Munculnya keadaan anomi menurut Merton yaitu :
1.      Masyarakat industry modern lebih mementingkan mencapai suatu kesuksesan materi yang diwujudkan dalam bentuk kekayaan.
2.      Apabila hal tersebut telah diapai maka dianggap sebagai orang yang telah mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh masyarakat, sedangkan untuk mencapai hal tersebut harus melalui akses atau cara kelembagaan yang sah.
3.      Namun ternyata, akses kelembagaan yang sah jumlahnya tidak dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama lapisan masyarakat bawah.
4.      Akibat dari keterbatasn akses tersebut, maka muncul situasi anomi. Yaitu merupakan situasi dimana tidak ada titik temu antara tujuan-tujuan dan cara yang tersedia untu menapai tujuan tersebut.
5.      Dengan demiian anomi merupakan keadaan dimana masyarakat lebih menekankan kepentingan status tersebut namun kenyataannya cara untuk memperolehnya sangat terbatas.
Oleh sebab itu dimasyaraat sering terjadi kriminalitas karena pada dasarnya orang-orang ini mungkin bersedia bekerja atau menjadi anggota masyarakat yang produktif tetapi, karena tidak tersedianya lapangan kerja atau kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kerja, mereka beralih ke kriminalitas, mungkin karena frustrasi dengan situasi mereka atau mungkin karena kebutuhan ekonomi.
Anomie (tentang kenakalan dan kejahatan)
Orang-orang yang dirugikan dalam kegiatan ekonomi yang terlegitimasiàtermotivasi untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi yg tidak terlegitimasi atau kegiatan kenakalan.Sebenarnyaorang-orang ini bersedia bekerja atau menjadi anggota masyarakat yang produktif,  namun karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan atau kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kerja,  maka mereka beralih ke kegiatan kriminalitas hal ini mungkin dikarenakan mereka telah frustasi dengan situasi mereka atau mungkin karena kebutuhan ekonomi yg harus mereka penuhi.
Hubungan antara anomie dengan kenakalan
Kondisi masyarakat (kebanyakan kondisi ekonomi) yang mempengaruhi akses seseorang ke kegiatan ekonomi yang sah à Namun, terdapat tekanan untuk terlibat dalam kegiatan atau kenakalan yang tidak sah (kebanyakan ekonomi) àHubungan antara anomi dan kenakalan sejalan.


Konsep Anomie ke Sosiologi
§  Emile Durkheim
Dalam jilid klasik berjudul The Division of Labor in Society (1933), Durkheim merinci sebuah tesis yang berpendapat bahwa masyarakat normalnya berkembang atau berubah dari keadaan eksistensi yang relatif sederhana dan tidak rumit menjadi negara yang kompleks.
·         Solidaritas Mekanis : Kondisi pertama Durkheim disebut sebagai keadaan solidaritas mekanis, di mana masyarakat disatukan, sehingga untuk berbicara, oleh kekuatan persamaan dan kemiripan.
·         Solidaritas Organik : Ketika masyarakat menjadi lebih besar dan populasi semakin padat, struktur hubungan sosial berubah menjadi solidaritas organik. Dalam situasi ini, masyarakat disatukan melalui sistem interdependensi fungsional
Durkheim menguraikan tiga situasi yang dapat mengarah pada pembagian kerja yang abnormal:
1.      Berasal dari krisis keuangan dan kegagalan, serta konflik industri dan perselisihan.
2.      Berasal dari kelas yang tidak alami dan pembagian kasta, di mana mereka yang berada di kelas bawah memberontak melawan batas-batas sewenang-wenang yang ditempatkan pada aspirasi dan kemampuan mereka.
3.      Pembagian kerja terjadi ketika duplikasi dan kurangnya koordinasi di dalam dan di antara bisnis menghasilkan gangguan kohesi sosial. Dalam arti, pekerja menjadi terasing dari pekerjaan mereka.

Sementara Durkheim gagal secara eksplisit untuk mengaitkan kondisi anomi dengan kejahatan atau penyimpangan, dengan pengecualian bunuh diri, para penulis kemudian memanfaatkan istilah tersebut untuk menjelaskan keberadaan kejahatan dan penyimpangan. Yang paling signifikan dari kontribusi ini diberikan oleh Robert Merton.
§  Robert Merton
Dalam artikelnya tentang struktur sosial dan anomi, pertama kali diterbitkan pada tahun 1938, argumen dasar teori Merton adalah bahwa sering ada dalam suatu masyarakat perbedaan, atau disjungsi, antara tujuan dan sistemnya sarana yang sah untuk mencapai tujuan tersebut. Sistem peluang yang sah untuk mencapai kesuksesan, seperti ketersediaan kegiatan pendidikan dan pekerjaan, tidak didistribusikan secara merata di dalam masyarakat (Merton, 1957). Meskipun kebanyakan orang dapat memperoleh beberapa jenis pekerjaan, kemampuan untuk mendapatkan posisi bergaji tinggi, atau satu dengan potensi kemajuan, tergantung pada berbagai kondisi yang sebagian besar populasi tidak miliki.

Tujuan keberhasilan ekonomi ditempatkan di dalam wilayah budaya, sementara sistem peluang yang sah diklasifikasikan sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat. Anomie didefinisikan, menurut teori ini, sebagai disjungsi antara tujuan budaya dan sarana terstruktur untuk mencapai tujuan-tujuan ini, karena mempengaruhi sejumlah besar orang.        Reaksi atau adaptasi terhadap keadaan anomie dapat bervariasi dalam suatu masyarakat, menurut Merton, dan reaksi ini membantu menggambarkan jenis kejahatan dan penyimpangan yang ada di masyarakat. Tanggapan ini dijelaskan dalam hal menerima atau menolak tujuan budaya atau sarana structural.
Konsep anomi juga digunakan dalam studi ekologis atau studi tentang lingkungan oleh Bernard Lander. Asumsinya adalah bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara kenakalan dengan kondisi tempat tinggal atau lingkungan tempat tinggal. Misalnya, lingkungan tempat tinggal yang kumuh atau di bawah standar dan padat penduduk rentan sekali terjadinya penyimpangan atau kenakalan. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh antara satu dengan lainnya tidak lagi saling mengharapkan terkait perilaku yang bagaimana yang seharusnya dilakukan. Keadaan seperti ini menyebabkan pelaku menyimpang merasa bahwa apa yang mereka lakukan bukan sesuatu yang salah karena dirinya merasa bahwa di sekelilingnya tidak ada aturan dan pengharapan atas dirinya.
Konsep anomie juga sering dikonsepsikan dalam hal stabilitas masyarakat. Asumsinya adalah bahwa dalam masyarakat yang stabil atau tidak anomik tingkat kejahatannya lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat yang tidak stabil atau anomik. Namun terdapat kekurangan dalam teori anomie terkait dengan studi ekologi itu sendiri yaitu bahwa teori anomi hanya cocok dan sesuai dengan pola zona konsentris yang mana pusat kota menjadi tempat melonjaknya jumlah penduduk sehingga rentan terhadap penyimpangan.
Kemudian muncul pertanyaan apa hubungannya antara anomie dengan perilaku individu? Merton menjawab bahwa hubungan antara keduanya terletak pada pola interaksi yang dihasilkan oleh individu-individu pada suatu wilayah, baik itu wilayah yang anomie ataupun tidak. Untuk penjelasan alternatif terkait dengan pola interaksi tersebut, Merton membahasnya dengan konsep deprivasi relatif. Deprivasi relatif merupakan perbandingan terkait situasi sosial ekonomi yang dibuat oleh individu terhadap orang lain. Asumsinya adalah bahwa orang miskin cenderung akan membandingkan situasi sosial ekonomi mereka dengan orang miskin juga, tidak mungkin mereka membandingkannya dengan orang dari kalangan menengah ke atas. Konsep deprivasi relatif juga memungkinkan terjawabnya pertanyaan mengapa ada beberapa orang yang berada di wilayah anomik tetapi dia tidak melakukan penyimpangan. Deprivasi relatif sebenarnya merupakan perasaan diri negatif seperti kekecewaan, rasa ketidakeberdayaan, kemarahan yang timbul akibat perbandingan situasi sosial ekonomi terhadap orang lain. Jadi konsep deprivasi relatif ini dilihat dari individu masing-masing.
Untuk penjelasan alternatif terkait dengan mengapa ada beberapa orang yang tidak melakukan penyimpangan sedangkan dirinya berada di wilayah anomik, Robert Agnew membahas mengenai konsep adaptasi. Agnew menjelaskan bahwa remaja yang tidak bisa melarikan diri dari pengalaman yang tidak menyenangkan baik itu dari rumah ataupun sekolah, maka akan melakukan penyimpangan. Jadi Agnew berfokus pada adaptasi individu terhadap keadaan anomik tersebut.
Orang miskin akan berinterasi atau membandingan diri mereka ke orang miskin yang lain juga. Jadi hanya dengan yang kelas sosialnya sama. contohnya pekerja serikat yang hanya membandingkan pekerjaannya dengan pekerja serikat juga, bukan dengan manajer. Mengenai hal itu Howard Kaplan membahas tentang Deprivasi Relatif, Deprivasi relatif adalah keadaan psikologis dimana seseorang merasakan ketidakpuasan atas kesenjangan/kekurangan subjektif yang dirasakannya pada saat keadaan diri dan kelompoknya dibandingkan dengan orang atau kelompok lain. Keadaan deprivasi bisa menimbulkan persepsi adanya suatu ketidakadilan.
Dari rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh Orang miskin tersebut akan menimbulkan sebuah ketegangan atau disebut dengan Strain. Strain adalah suatu kondisi ketegangan psikis yang ditimbulkan dari hubungan negatif dengan orang lain yang menghasilkan afek negatif (terutama rasa marah dan frustasi) yang mengarah pada kenakalan (Robert Agnew, 1992). Dalam penyelidikan hipotesa ini, dengan menggunakan pengukuran kenakalan yang dilaporkan sendiri di antara sampel anak laki-laki kelas 10, Agnew melaporkan positif signifikan hubungan antara lingkungan rumah dan sekolah yang tidak bahagia dan perasaan kemarahan. Selain itu, kemarahan secara signifikan, dan positif, terkait untuk kenakalan.
Agnew menambahkan bahwa kenakalan terjadi karena adanya strain atau ketegangan, dan dia mengemukakan GST (Grand Strain Theory) atau teori ketegangan umum yang dibagi menjadi 3. Yaitu perbedaan antara kesejateraan masyarakat dan cara untuk mendapatkannya, adalah hilangnya sesuatu yang positif dalam hidup seseorang, seperti putusnya hubungan dengan pacar atau pacar. Ketiga jenis hasil ketegangan dari kehadiran peristiwa negatif, seperti viktimisasi kriminal, atau intimidasi dari orang tua atau teman sebaya.

Robert Agnew (2001), untuk Misalnya, menawarkan contoh-contoh situasi ketegangan yang kemungkinan besar akan terjadi menyebabkan respon kriminal untuk pemuda, seperti ketika ketegangan terlihat sebagai tidak adil, atau lebih penting (cedera berat atau kerugian finansial, misalnya), atau meminta seseorang untuk melihat kejahatan sebagai solusi yang lebih baik.
Remaja tidak hanya memiliki kontrol sosio-emosional yang lebih sedikit daripada orang dewasa, karena proses perkembangan, tetapi mereka juga cenderung untuk mengalami kekuatan negatif dan mengendalikan dalam hidup mereka sekolah dan keluarga. Selain itu, remaja lebih cenderung berinteraksi dengan teman sebaya yang nakal, bahkan jika teman-teman ini sering kali bukan teman mereka karena asosiasi dengan teman sebaya melalui kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Remaja mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dan kurang mampu mengatasinya dengan stressor ini pada usia mereka; dengan demikian, mereka lebih cenderung terlibat dalam kenakalan. Saat usia remaja dan dewasa, tingkat stres mereka dan regangan menurun atau mereka lebih mampu menyesuaikan dan menangani ketegangan secara konvensional, mengarah pada penurunan kenakalan yang sering dicatat dengan usia. 

PPT? Klik Link
https://docs.google.com/presentation/d/e/2PACX-1vS83wFzmUUEmqpEdHupeLJwWdGMmTlQiZCLpyJk-QgzoNLPzl8SHhSt5kAIlNkyhw0txMVwLZBy1CdR/pub?start=true&loop=true&delayms=3000 

Komentar

  1. Caesars Palace Casino & Spa in Las Vegas, NV - Mapyro
    Information and 경기도 출장마사지 Reviews about Caesars 양산 출장샵 Palace Casino & 고양 출장샵 Spa, including Reviews, Photos, Rates, PokéStop Reviews and 제주 출장샵 Promos. Rating: 전주 출장마사지 2.8 · ‎6 reviews · ‎Price range: $50 and over

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Post

Hukum Pidana -- Hukum Perdata (Review 3)

Fenomena Anak Jalanan sebagai Bentuk Permasalahan Sosial pada Anak

Sosiologi Perilaku Menyimpang

Lembaga Pengendalian Sosial

Pengendalian Sosial--- Review 5

Teori-Teori Penyimpangan Sosial

Sosiologi Perilaku Menyimpang --- Review 1

Perubahan dan Penyimpangan --- Review 2