Teori-Teori Penyimpangan Sosial


TEORI-TEORI PENYIMPANGAN SOSIAL

Teori anomie
Salah satu teori yang menjelaskan perilaku menyimpang adalah teori anomie dari  (Narwoko dan Suyanto, 2004: 91). Teori ini berasumsi bahwa penyimpangan sosial adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam struktur sosial sehingga ada individu-individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi menyimpang.Merton menggambarkan munculnya keadaan anomie sebagai berikut:
  1. Masyarakat industri modern, lebih mementingkan pencapaian kesuksesan materi yang diwujudkan dalam bentuk kemakmuran atau kekayaan dan pendidikan yang tinggi. 
  2. Apabila hal tersebut dicapai,maka dianggap telah mencapai tujuan-tujuan status atau budaya yang dicita-citakan oleh masyarakat. Untuk mencapai itu ternyata harus melalui cara kelembagaan yang sah.
  3.  Namunakses kelembagaan yang sah jumlahnya tidak dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama lapisan bawah.  
  4. Akibat dari keterbatasan akses tersebut,maka muncul situasi anomie,yaitu suatu situasi dimana tidak ada titik temu antara tujuan-tujuan status budayadan cara-cara yang sah yang tersedia untuk mencapainya. 
  5. Anomie adalah suatu keadaan dimana kondisi sosialatau situasi kebudayaan masyarakat lebih menekankan pentingnya tujuan-tujuan status, tetapi cara-cara yang sah untuk mencapainya jumlahnya lebih sedikit.

Teori Labeling
Teori labeling menjelaskan penyimpangan terutama ketika perilaku sudah sampai pada tahap penyimpangan sekunder. Teori yang diungkapkan oleh Edwin M. Lemert ini lebih tertarik pada persoalan definisi-definisi sosial dan sanksi-sanksi sosial negatif yang dihubungkan dengan tekanan-tekanan individu untuk masuk pada tindakan yang lebih menyimpang. Teori ini dalam menganalisis pemberian cap memusatkan pada reaksi orang. Artinya, ada orang-orang yang memberi definisi, julukan, atau pemberi label pada individu-individu atau tindakan yang menurut penilaian orang itu adalah negatif (Narwoko dan Suyanto, 2004: 94- 95). 
Teori labeling mendefinisikan penyimpangan sebagai suatu konsekuensi dari penarapan aturan-aturan dan sanksi oleh orang lain kepada seorang pelanggar. Melalui definisi ini dapat ditetapkan bahwa menyimpang adalah tindakan yang dilabelkan kepada seseorang. Dengan demikian,dimensi penting dari penyimpangan adalah pada adanya reaksi masyarakat, bukan pada kualitas dati tindakan itu sendiri. Dengan kata lain, penyimpangan tidak ditetapkan berdasarkan norma, tetapi melalui reaksi atau sanksi dari penonton sosialnya. Akibat dari pelabelan adalah pada tindakan penyimpangan lebih lanjut. Dengan adanya cap yang dilekatkan pada diri seseorang maka ia cenderung mengembangkan konsep diri yang menyimpang dan berakibat pada suatu karier yang menyimpang. Proses terjadinya penyimpangan sekunder membutuhkan waktu yang panjang dan tidak kentara (Narwoko dan Suyanto, 2004: 95).

Teori Sosialisasi
Teori sosialisasi berpandangan bahwa penyimpangan perilaku adalah hasil dari proses belajar. Edwin H. Sutherland (dalam Narwoko dan Suyanto, 2004: 92-93) mengatakan bahwa penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang, terutama dari subkultur menyimpang. Di tingkat kelompok, perilaku menyimpang adalah suatu konsekuensi dari terjadinya konflik normatif. Artinya, perbedaan aturan sosial di berbagai kelompok sosial seperti sekolah, lingkungan tetangga, kelompok teman sebaya atau keluarga, bisa membingungkan individu yang masuk ke dalam komunitas-komunitas tersebut. Situasi ini dapat menyebabkan ketegangan yang berujung menjadi konflik noramtif pada diri individu.

Selengkapnya..
..KLIK LINK DI BAWAH.. 

Komentar

Popular Post

Hukum Pidana -- Hukum Perdata (Review 3)

Fenomena Anak Jalanan sebagai Bentuk Permasalahan Sosial pada Anak

Sosiologi Perilaku Menyimpang

Lembaga Pengendalian Sosial

Pengendalian Sosial--- Review 5

Disorganisasi Sosial dan Anomie (Review Kelompok)

Sosiologi Perilaku Menyimpang --- Review 1

Perubahan dan Penyimpangan --- Review 2